Teknologi AI Generatif: Solusi Cerdas untuk Meningkatkan Dunia Bisnis 2024

ai generatif

Teknologi AI Generatif – Pesatnya perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI), atau dikenal juga sebagai kecerdasan buatan, telah mendorong lahirnya inovasi dan memberikan dampak signifikan di dunia bisnis.

Teknologi AI generatif atau Gen AI adalah bentuk AI yang memiliki kemampuan untuk merancang teks, gambar, dan video berdasarkan data yang ada. Saat ini, teknologi AI generatif ini menjadi pusat perhatian dalam dunia bisnis sebagai alat untuk mengelola beragam jenis data, contohnya laporan keuangan, demi meningkatkan performa operasional perusahaan.

Steve Nouri, pendiri AI4Diversity, sebuah inisiatif nirlaba yang berfokus pada pemanfaatan AI, menyebut bahwa sifat inklusif teknologi AI generatif memungkinkannya untuk diakses oleh berbagai kalangan, termasuk pelaku bisnis.

“AI generatif ini dapat diakses oleh siapa saja. Hal inilah yang membedakannya dari AI versi sebelumnya. Dengan inklusivitas ini, AI yang dahulunya hanya berfungsi sebagai fitur tambahan dalam produk lain, kini mampu beroperasi secara independen dan memberikan manfaat tambahan bagi penggunanya,” ujar Steve dalam Mekari Conference 2023.

AI Generatif Menjadi Solusi Efisiensi dan Kendali Kompetitif Bisnis di Masa Depan

Steve bersama para pakar teknologi dan bisnis lainnya menguraikan bagaimana teknologi AI generatif berpotensi memperkokoh posisi bisnis dalam era mendatang:

Penghematan Waktu

Teknologi AI generatif mampu memproses data dengan cepat dan efisien, berkontribusi langsung terhadap laju kerja. Sebagai contoh, dengan Gen AI, analisis data konsumen bisa dilakukan dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa. Kemampuan ini memungkinkan peningkatan efisiensi waktu kerja yang secara langsung akan berimbas pada kinerja bisnis.

Meningkatkan Produktivitas

Banyak perusahaan menghadapi tantangan terkait sumber daya, termasuk karyawan. Teknologi AI generatif terbukti dapat membuat pekerja lebih efisien dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk fokus pada tugas yang bersifat strategis. Praktik ini memungkinkan perusahaan untuk mengalihkan sumber daya karyawan mereka ke pekerjaan yang berdampak nyata pada bisnis.

Baca Juga  PSSI Pastikan Rumor Park Hang-Seo Gantikan Shin Tae-Yong di Timnas Indonesia itu Hoaks!

Mendorong Pertumbuhan Laba

Keberlanjutan bisnis sangat bergantung pada pertumbuhan laba yang stabil. Teknologi AI generatif dapat memperkuat kemampuan perusahaan untuk menghadirkan layanan baru bagi pelanggan, yang pada gilirannya memberikan peluang untuk meningkatkan laba.

Melalui inovasi dalam layanan pelanggan, AI generatif membuka banyak pintu peluang baru bagi perusahaan.

Mempertahankan Daya Saing

Di era serba digital ini, perusahaan di seluruh dunia berkompetisi untuk mengadopsi AI dalam upaya untuk bersaing di pasar. Oleh karena itu, perusahaan di Indonesia juga harus mengikuti arus perkembangan global jika ingin tetap kompetitif, tidak hanya di pasar lokal, tetapi juga di pasar internasional.

Teknologi AI Revolusioner dalam Industri Farmasi

Pengembangan obat yang berlangsung puluhan tahun kini dapat dipercepat dengan hadirnya teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Pesan yang menggembirakan ini datang dari sektor farmasi yang telah lama berhadapan dengan rintangan dalam mempercepat proses penemuan obat sementara berbagai penyakit terus mengintai.

Menurut laporan dari Nature, biasanya proses pengembangan obat membutuhkan waktu sekitar 12 hingga 15 tahun, dimulai dari fase inisiatif awal hingga mendapatkan lisensi pemasaran. Proses berkepanjangan ini dapat merogoh biaya hingga setara dengan USD 2,5 miliar atau sekitar Rp39,2 miliar, dengan hanya satu dari sepuluh obat yang biasanya dapat melewati seleksi pemasaran.

Namun, Boston Consulting Group (BCG) melaporkan pada bulan Februari bahwa 20 perusahaan farmasi yang baru mulai memanfaatkan teknologi AI antara tahun 2010 hingga 2021 menunjukkan hasil yang mengesankan: delapan dari 15 kandidat obat berhasil melewati uji klinis dalam waktu kurang dari sepuluh tahun.

Selain itu, menurut Wellcome yang merupakan penyandang dana penelitian BCG, AI diyakini dapat mengurangi biaya dan waktu sekitar 25-50% pada tahap penemuan obat hingga tahap praklinis.

Baca Juga  Ulasan Samsung Galaxy Watch6 40mm: Jam Pintar dengan Fungsionalitas Sehat yang Mengesankan

Keberhasilan serupa juga dilaporkan oleh Insilico Medicine, sebuah perusahaan farmasi yang berpusat di New York dan Hong Kong. Mereka berhasil mempercepat penemuan pengobatan untuk penyakit fibrosis paru idiopatik dengan menggunakan kecerdasan buatan. Mereka menyelesaikan tahap praklinis hanya dalam waktu 30 bulan.

Namun, penting untuk dicatat bahwa klaim-klaim semacam ini memerlukan verifikasi independen sebelum dianggap berlaku, dan penemuan tersebut harus dirilis dalam literatur yang ditinjau secara peer-reviewed dan disahkan oleh peneliti independen yang tidak terkait dengan perusahaan farmasi, sehingga kita harus tetap waspada dan kritis terhadap hasil semacam ini.

Peneliti Cina Temukan Obat Melalui AI untuk Diabetes dan Obesitas

Baru-baru ini diungkapkan bahwa peneliti dari Cina berhasil menerapkan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk mendapatkan obat yang dapat sekaligus meredakan masalah obesitas dan mengobati diabetes tipe 2.

Obat yang ditemukan oleh MindRank, perusahaan farmasi berbasis AI asal Cina ini, diidentifikasi sebagai MDR-001 dan saat ini sedang dalam proses uji klinis fase 2 sebelum siap untuk dipasarkan.

Cara kerja MDR-001 dalam tubuh adalah dengan berikatan pada reseptor peptida-1 yang mirip dengan glukagon (GLP-1-R), yang kemudian memicu pankreas untuk melepaskan insulin serta menurunkan kadar gula darah dan berat badan.

Pada bulan Juni, MDR-001 telah sukses menuntaskkan uji klinis fase 1 yang menunjukkan efektivitas dan keamanannya, dan dilanjutkan dengan uji klinis fase 2 pada permulaan September.

Lebih dari 537 juta orang dewasa di seluruh dunia dinyatakan mengidap diabetes, sementara jumlah orang yang berhadapan dengan obesitas sudah mencapai 650 juta. Mengingat kondisi tersebut, penemuan tersebut memiliki potensi besar untuk membantu perusahaan Cina mendapatkan pasar global yang bernilai miliaran dolar.

Baca Juga  Mahkamah Konstitusi (MK) Siap Menyampaikan Putusan Gugatan Terhadap UU Cipta Kerja: Poin-Poin yang Menimbulkan Penolakan dari Pekerja 2023

Seorang Ahli Pengembangan Obat AI dari MindRank, Jin Xurui, menuturkan, “Biasanya, uji praklinis memerlukan tiga hingga empat tahun, namun MDR-001 mendapatkan persetujuan Investigational New Drug (IND) dari FDA dan NMPA hanya dalam waktu 19 bulan.”

Jin juga menambahkan meningkatnya kecepatan pengembangan obat berkat AI dan peningkatan kualitas obat yang dihasilkan. Pada uji terhadap monyet, MDR-001 terbukti membantu monyet obesitas mencapai berat badan ideal tanpa efek rebound ketika obat dihentikan.

Pada sisi lain, Dr. Du Yu, seorang investor independen, menyarankan penggunaan AI dalam pengembangan obat juga dapat memberikan manfaat bagi pasien dengan kondisi medis langka. Menurutnya, “Dengan melibatkan AI dalam proses farmasi, biaya pengembangan obat baru dapat dikurangi, yang akan membantu pasien dengan beberapa penyakit langka.” Pasalnya, biasanya perusahaan farmasi kurang tertarik mengembangkan obat untuk kelompok pasien dengan jumlah sedikit karena margin keuntungannya rendah.

Gilbert Snyder

Gilbert Snyder